Temuan ikan raksasa, ikan Tapah, membuat heboh warga Batanghari, Provinsi Jambi.
Nomor Dokumen
200047192
Tanggal Publish
14 September 2019
Jenis Informasi
Program dan Kegiatan
Kategori Dokumen
Berkala
Tipe Dokumen
Video (.webm)
Penerbit
Dinas Kelautan dan Perikanan
Kandungan Informasi
Warga Desa Bajubang Laut, Kecamatan Muarabulian, Kabupaten Batanghari, bernama Edison (35), menemukan ikan raksasa yang panjangnya mencapai 2 meter itu di aliran Sungai Batanghari. kan ini hidup di sungai-sungai besar, di antaranya Sumatera dan Kalimatan. Apa keistimewaan ikan raksasa atau Wallago ini? Peneliti taksonomi dan biodiversitas ikan air tawar Indonesia yang juga Dosen Universitas Jambi, Tedjo Sukmono, memaparkan kondisi ikan Tapah di Jambi. Walau ikan Tapah relatif sulit ditemukan, tapi masih belum masuk kategori dilindungi. Dia mengatakan jika di pasar tradisional masih bisa ditemukan ikan Tapah, itu menunjukkan bahwa ikan tersebut masih ada di alam, termasuk Sungai Batanghari. Namun, ia tak menutup mata adanya ancaman terhadap keberlangsungan ikan itu. “Kondisi Sungai Batanghari yang tercemar, bisa jadi menganggu populasi ikan. Dampak yang bisa diamati adalah sudah jarang ditemukan ikan ukuran besar. Karena pencernaan bisa menghambat pertumbuhan ikan,” ulasnya. "Ikan tapah atau dalam bahasa latin dikenal dengan istilah Wallago hidup alami di perairan air tawar," tuturnya. Kata Tedjo, jenis ikan tersebut bisa berkembang dengan ukuran besar jika habitatnya cocok. "Di Kalimantan pernah dapat 80 kilogram. Dia kalau habitatnya cocok, kedalamannya cocok, kemudian tidak ada polusi, dia bisa berkembang besar," sebutnya. Menurutnya ikan ini cenderung hidup di wilayah antara menengah ke bawah. Dari tengah ke hilir. "Kalau hulu dia gak bisa karena airnya deras," kata Tedjo. Mengutip wikipedia, ikan Tapah termasuk marga beberapa ikan berkumis (Siluridae) pemakan daging (karnivora) berukuran besar dari Asia tropika. Sampai saat ini tercatat ada lima jenis anggotanya, dengan jenis yang paling umum adalah tapah asia Wallago attu. Nama "Tapah" diambil dari nama kota di negeri Perak, Malaysia yang dikenal sebagai tempat ditemukannya banyak Wallago attu. Di sungai-sungai Kalimantan hidup tapah Wallago leeri yang berwarna hitam. Warga Muara Bulian, Edison, menemukan ikan Tapah dengan panjang tubuh 150-200 sentimeter dan berat 70-80 kilogram. Namun, yang menjadi pertanyaan warga mengapa ikan Tapah itu mati? Edison menemukan ikan Tapah dalam kondisi mati, di aliran Sungai Batanghari sekira pukul 13.00 WIB. "Sayo lihat ikan Tapah itu muncul setelah menambang pasir dan kerikil menggunakan tongkang di aliran Sungai Batanghari," tuturnya kepada Tribunjambi.com. Awalnya, ia mengira bahwa yang dilihat itu adalah karung bekas. Namun, setelah menelitinya, ternyata ikan Tapah berukuran besar. Melihat ikan itu, Edison tak pikir panjang. Dia langsung terjun ke sungai itu untuk mengangkut ikan tersebut. Saat mencoba mengangkat ikan tersebut ke tongkang, Edison kesulitan. Akhirnya, ia dibantu oleh seorang temannya. "Pertama mengira kalau itu karung. Karena yang nampak hanya perutnya, kepala dan buntut tak terlihat," ujar Edison saat ditemui, Senin (18/3/2019). Untuk mengangkut ikan tersebut ke daratan, butuh tenaga empat hingga lima orang. "Karena memang ikan itu berat dan panjang," katanya. Setibanya di darat, ikan itu menjadi tontonan warga setempat.