PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI
PROVINSI JAMBI

Detail Dokumen

Perairan Pantai Timur Sumatera Rawan Penyelundupan Benih Lobster


Nomor Dokumen

300047209

Tanggal Publish

15 September 2019

Jenis Informasi

Informasi Kinerja

Kategori Dokumen

Berkala

Tipe Dokumen

Text (.pdf)

Penerbit

Dinas Kelautan dan Perikanan


Kandungan Informasi

Wilayah perairan pantai timur Sumatera seperti Jambi rupanya menjadi jalur favorit penyelundupan benih lobster (BL) menuju Singapura. Terbukti, sepanjang April 2019, setidaknya sudah empat kali upaya penyelundupan BL di perairan Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur berhasil digagalkan petugas. Berdasarkan data Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Jambi, sepanjang April 2019 saja petugas telah berhasil menyelamatkan 446.578 ekor BL senilai Rp71 miliar yang akan dikirim ke Vietnam melalui Singapura. Pada 13 Mei 2019 ini, petugas kembali berhasil menyelamatkan 205.370 ekor BL senilai Rp30,8 miliar lebih yang akan dibawa menuju Singapura. Kepala Seksi (Kasi) Pengawasan Pengendalian Data dan Informasi SKIPM Jambi, Paiman menduga, BL tersebut diperoleh dari perairan Lampung dan Banten. Dugaan ini diperkuat dengan temuan Koran milik media Lampung dan BAnten yang digunakan sebagai pembungkus BL yang disimpan dalam puluhan box styrofoam tersebut. “Dari indikasi yang kita tangkap bekerja sama dengan kepolisian dan TNI AL, barang itu dari Banten, Jawa Barat, Sukabumi, Lampung, dan sekitarnya,” tutur Paiman. Sebagaimana diketahui, sepanjang pantai selatan Jawa merupakan habitat BL, mulai dari Banyuwangi, pantai selatan Malang, hingga ke barat Sukabumi, Jawa Barat. Tak hanya di daerah Jawa, pesisir barat pantai Lampung dan sebagian Bengkulu juga merupakan habitat lobster. Begitu pula dengan Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bali. Keberadaan pelabuhan-pelabuhan kecil di Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat ini banyak dimanfaatkan oleh para penyelundup BL. Terlebih, dua kabupaten ini memiliki pelabuhan kecil yang digunakan nelayan untuk memperdagangkan hasil tangkapan sebagai jalur pelayaran menuju laut lepas. Paiman mengakui, pengawasan agak sulit dilakukan mengingat pelabuhan tikus di dua kabupaten ini jumlahnya sangat banyak. “Puluhan, mendekati ratusan. Setiap desa punya akses ke laut, seperti Kampung Laut, Nipah Panjang,” tuturnya. Sebagai informasi, Tanjung Jabung Timur memiliki garis pantai sepanjang 191 kilometer dari ujung Labuhan Pring Kecamatan Sadu sampai ke Mendahara Ilir yang berbatasan dengan Tanjung Jabung Barat. Setiap desa di sepanjang pantai memiliki puluhan pelabuhan tikus atau pelantar. Tanjung Jabung Timur memiliki banyak pulau dan terbelah banyak anak sungai. Terutama di Desa Nipah Panjang 1, Pemusiran, Teluk Kijing Luar, Kuala Simbur, Simbur Naik, Teluk Majelis, Alang-alang, Mendahara Ilir, Kampung Laut, dan Sungai Lokan. Begitu pula Desa PMD, Simpang Datuk, Simpang Jelita, Sungai Jambat, Sungai Baku Tuo, Sungai Sayang, Air Hitam Laut, dan Sungai Cemara. Desa-desatersebut memiliki akses langsung ke laut lepas. Ditambah lagi keberadaan pulau-pulau tak berpenghuni yang kerap dijadikan pelabuhan tikus. Kondisi ini menyebabkan, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur rawan kegiatan penyelundupan. “Pantai Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, itu sangat dekat dengan Singapura. Paling dekat (Singapura) itu Tanjung Jabung Timur,” tambahnya. Dari perairan Tanjung Jabung Timur misalnya, hanya diperlukan waktu enam jam untuk sampai ke Jambi dengan perahu cepat berkapasitas 200 PK dengan enam mesin. Sedangkan ke Singapura hanya dbutuhkan waktu delapan jam. Alhasil jalur ini menjadi pilihan para penyelundup BL.

emoji_people
voice_over_off record_voice_over
text_increase