Informasi
SIP PPID adalah Sistem Informasi Publik Pejabat pengelola
Informasi dan Dokumentasi atau dapat juga disebut sebagai e-public. SIP PPID
atau e-public merupakan aplikasi pengelolaan dan pelayanan informasi untuk PPID
yang dikembangkan sesuai Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik. E-public dirancang dengan platform hybrid - offline dan
online, yang terintegrasi antara PPID Pembantu dan PPID Utama dalam sebuah
entitas Badan Publik. Informasi lebih lengkap mengenai SIP PPID atau epublic
dapat dilihat disini!
Untuk informasi lebih lanjut dan bagaimana mendapatkan
aplikasi ini silahkan ke info@sip-ppid.net
Sebagaimana diketahui bahwa inti dari tujuan keterbukaan
informasi publik adalah mendorong partisipasi masyarakat dalam pengambilan
kebijakan publik serta mengawasi jalannya pemerintahan sehingga muaranya adalah
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan transparan.
Awal terbentuknya PPID di Provinsi Jambi adalah di bawah naungan Biro Humas dan Protokol. Pada akhir 2016, kewenangan tersebut diberikan kepada Dinas Kominfo sebagai leading sector yang membawahi PPID Utama. Pembentukan PPID diatur dalam Keputusan Gubernur Jambi Nomor 255/KEP.GUB/Diskominfo-2.2/I/2017 dan diubah beberapa kali terakhir dengan Keputusan Gubernur Jambi Nomor 763/KEP.GUB/DiISKOMINFO-3.1/2022.
Tata cara permohonan informasi publik pada PPID Provinsi
Jambi diatur di dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Kominfo Provinsi
Jambi Nomor 06 /Kep-Diskominfo-2.1/2019 Tentang Standar
Operasional Prosedur Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Provinsi
Jambi.
Tata cara tersebut terbagi dalam 2 cara, yaitu secara
langsung dan melalui website PPID Provinsi Jambi. berikut ini tata cara
memperoleh permohonan informasi bagi masyarakat :
1. Secara
Langsung
Pemohon
informasi dapat memperoleh informasi publik secara langsung melalui Desk informasi
publik PPID. Petugas PPID akan memberikan penjelasan terkait dengan alur dan
prosedur yang harus dijalani oleh pemohon informasi. Dalam hal pemohon meminta
secara langsung, Badan publik menetapkan waktu pemberian pelayanan informasi
sebagai berikut :
Senin-Kamis
: Pukul 08.00-14.00 WIB
Istirahat
: 12.00-13.00 WIB
Jum'at : 08.00-11.00 WIB
Permohonan informasi yang dilakukan oleh perseorangan wajib melampirkan kartu identitas/KTP atau Nomor SK Pengesahan Badan Hukum dari Kemenkumham jika yang meminta informasi adalah badan hukum. selanjutnya, pemohon informasi diminta untuk mengisi formulir yang disediakan oleh petugas informasi dan akan diberikan tanda terima. berkas kelengkapan akan diperiksa selama 3 hari, apabila dinyatakan tidak lengkap maka dapat diperbaiki paling lama 3 hari. selanjutnya pemberitahuan tertulis oleh PPID adalah 10 hari kerja dan dapat diperpanjang 7 hari kerja
2. Melalui
website PPID Provinsi Jambi
Selain
dapat diperoleh secara langsung, informasi publik juga dapat diperoleh melalui
permohonan informasi via website PPID Provinsi Jambi (ppid.jambiprov.go.id).
di website tersebut pemohon informasi dapat mengunduh semua informasi yang
telah disediakan oleh PPID. Apabila informasi belum tersedia, pemohon informasi
dapat mengajukan permohonan informasi dengan terlebih dahulu membuat akun dan
mengisi form yang telah tersedia di website tersebut. Permohonan informasi yang
masuk nantinya akan segera diproses/dijawab oleh PPID sesuai dengan ketentuan
UU KIP.
Dalam hal standar biaya perolehan informasi publik, PPID Provinsi Jambi menyediakan informasi publik secara gratis (tidak dipungut biaya), namun untuk penggandaan dan perekaman,pemohon/pengguna informasi publik dapat melakukan penggandaan informasi tersebut melalui uang pribadi.
TATA
CARA PENGAJUAN KEBERATAN
1. Setiap
Pemohon Informasi Publik dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada
Atasan PPID setelah diterimanya jawaban atas permohonannya yang pertama dalam
jangka waktu paling lambat 30 hari.
2. Atasan
PPID memberikan tanggapan atas keberatan yang diajukan oleh Pemohon Informasi
Publik dalam jangka waktu paling lambat 30(tiga puluh) hari kerja sejak
diterimanya keberatan secara tertulis.
3.
PPID akan menolak memberikan informasi publik yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan prosedur sebagai berikut:
a.
PPID mempersiapkan daftar pemohon dan/atau pengguna informasi yang akan
ditolak;
b.
PPID mengadakan rapat koordinasi dengan melibatkan OPD yang terkait paling
lambat 3 hari kerja setelah surat permohonan diterima PPID;
c.
Hasil keputusan rapat koordinasi dituangkan dalam berita acara yang
ditandatangani oleh seluruh peserta rapat;
d.
Hasil keputusan rapat didokumentasikan secara baik.
4.
PPID akan memberikan tanggapan atas keberatan yang disampaikan pemohon
informasi publik secara tertulis:
a.
PPID mempersiapkan daftar keberatan yang disampaikan pemohon dan/atau pengguna
informasi;
b.
PPID mengadakan rapat koordinasi dengan melibatkan OPD yang terkait paling
lambat 3 hari kerja setelah surat permohonan diterima PPID;
c.Hasil
keputusan rapat koordinasi dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani
oleh seluruh peserta rapat;
d.
Hasil keputusan rapat didokumentasikan secara baik.
5.
Mekanisme Penyelesaian sengketa informasi yaitu:
a.
PPID menyiapkan bahan-bahan terkait sengketa informasi;
b.
Tim Pertimbangan PPID menyusun kajian dan pertimbangan hukum untuk disampaikan
kepada Atasan PPID;
c.
Pada saat sengketa informasi berlanjut ke Komisi Informasi, PTUN,dan MA, maka
PPID melakukan pendampingan hukum untuk penyelesaian sengketa informasi.
TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA KE KOMISI INFORMASI
Penyelesaian
sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Upaya
penyelesaian sengketa informasi publik diajukan ke Komisi informasi pusat
dan/atau komisi informasi provinsi dan/atau komisi informasi kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya apabila tanggapan Atasan PPID dalam proses
keberatan tidak memuaskan Pemohon Informasi Publik;
b. Upaya
penyelesaian sengketa informasi publik diajukan dalam waktu paling lambat 14
(empat belas) hari kerja setelah diterimanya tanggapan tertulis dari Atasan
PPID;
c. Dalam
hal menyelesaikan sengketa informasi publik, komisi informasi harus berupaya
menyelesaikannya melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi paling lambat
14 (empat belas) hari kerja setelah menerima permohonan penyelesaian sengketa
informasi publik;
d. Proses penyelesaian sengketa informasi publik paling lambat dapat diselesaikan dalam waktu 100 (seratus) hari kerja.
Untuk informasi lebih lanjut, berikut ini merupakan kontak Komisi Informasi Provinsi Jambi yang dapat dihubungi oleh masyarakat (0741)5912665
Kabag Perencanaan, Setditjen Keuangan Daerah, Wisnu Hidayat, kepada Media Keuangan Daerah, di Jakarta, menilai undang-undang tersebut harus disikapi oleh seluruh instansi pemerintah terkait. “Artinya, ketika UU ini sudah diberlakukan maka Badan Publik termasuk Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan pemerintah daerah agar mulai melakukan keterbukaan informasi, yang memang diminta oleh publik,” ujur Wisnu. Pasal 7 UU No. 14/2008 mengamatkan bahwa Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan. Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan.
Untuk melaksanakan kewajiban tersebut, Badan Publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. Selanjutnya, Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas Informasi Publik. Pertimbangan tersebut antara lain memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara. Dalam rangka memenuhi kewajiban tersebut Badan Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan non elektronik.
Selain kewajiban tersebut, UU tersebut juga mengamanatkan bahwa setiap Badan Publik wajib mengumumkan Informasi Publik secara berkala, yang meliputi informasi yang terkait dengan Badan Publik; informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait; informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kewajiban memberikan dan menyampaikan Informasi Publik dilakukan paling singkat enam bulan sekali.
Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami, Cara-cara tersebut ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Badan Publik terkait. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Badan Publik memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala diatur dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.
Sementara itu, untuk mewujudkan pelayanan cepat, tepat, dan sederhana setiap Badan Publik menunjuk PPID; dan membuat dan mengembangkan sistem penyediaan layanan informasi secara cepat, mudah, dan wajar sesuai dengan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik yang berlaku secara nasional. PPID dibantu oleh pejabat fungsional. Sebagai implementasi dari UU No. 14/2008, pemerintah menerbitkan PP No. 61/2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sementara itu, sesuai PP No. 61/2010, PPID bertugas dan bertanggungjawab dalam hal, antara lain
PPID di Kemendagri diketahui oleh Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Kemendagri. Selain Kapuspen, juga ditetapkan pejabat penghubung pada masing-masing komponen (sekretariat) yang membidangi atau memiliki tanggungjawab terhadap pengelolaan data dan informasi. Khususnya di Ditjen Keuangan Daerah, PPID ditangani oleh Bagian Perencanaan Sesdijen Keuangan Daerah.
Dalam rangka pengelolaan informasi publik, Presiden juga mengeluarkan Inpres No. 17/2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012.Inpres tersebut mengamanatkan kepada seluruh Kementerian/Lembaga (K/L) serta pemerintah daerah terkait dengan upaya pencegahan korupsi.
Dalam rangka pelaksanaan Inpres tersebut, pemerintah telah menyusun rencana aksi nasional. Untuk pemerintah pusat, rencana aksi menjadi domain Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terkait dengan transparansi pengelolaan anggaran K/L. Sedangkan untuk transparansi pengelolaan anggaran daerah (TPAD) dilaksanakan oleh Kemendagri. Instruksi tersebut dinilai cukup berat karena baru pertama kali dilakukan oleh Badan Publik, baik di pusat maupun daerah terkait dengan penganggaran. Dalam hal ini, UKP4 meminta Kemendagri untuk menyusun pedoman agar provinsi dan kab/kota menindaklanjuti UU No. 14/2008 serta Inpres No. 17/2011. Kemendagri telah menyelenggarakan rapat dengan UKP4 untuk mendorong daerah agar lebih transparan terhadap anggaran daerah.
Diakui, saat ini belum banyak daerah yang menyediakan anggaran untuk mendanai rencana aksi tersebut. Dalam rangka mendorong daerah untuk menyelenggarakan transparasi anggaran, Kemendagri telah mengeluarkan Instruksi Mendagri No. 188.52/1797/SC/2012 tentang Transparasi Pengelolaan Anggaran Daerah (TPAD). Instruksi tersebut ditujukan kepada gubernur seluruh Indonesia dalam rangka pelaksanaan TPAD. Instruksi Mendagri tersebut mengamanatkan pemerintah provinsi untuk menyiapkan menu content dengan nama TPAD dalam website resmi pemerintah provinsi (Pemprov). Pemprov juga perlu mempublikasikan data mutakhir Pemprov pada menu content yang terdiri dari 12 items.
Selanjutnya, Gubernur membuat Instruksi Gubernur yang ditujukan kepada bupati/walikota untuk menyiapkan menu content dengan nama TPAD dalam website resmi pemerintah kab/kota. Selain itu, Pemprov perlu melaksanakan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Instruksi Gubernur tersebut. Pemprov juga berkoordinasi dengan bupati/walikota di wilayah masing-masing agar segara melakukan percepatan bagi daerah yang belum mengimplementasikan Instruksi Gubernur serta melaporkan perkembangan data dan menu content TPAD kepada Mendagri. Tahun 2013, UKP4 menetapkan rencana aksi di daerah.
Saat ini, UKP4 telah menetapkan daerah-daerah sebagai proyek percontohan (pilot project) pelaksanaan TAPD. Sebagai tahap awal, TAPD dilaksanakan di 99 daerah provinsi dan kab/kota, yakni 33 provinsi, 33 kabupaten, dan 33 kota. Dalam hal ini, daerah bertanggungjawab langsung terhadap UKP4 terkait penilaian terhadap rencana aksi daerah. Ditjen Keuangan Daerah berkewajiban membina TPAD pada 99 daerah (provinsi dan kab/kota). Tugas Kemendagri c.q. Ditjen Keuangan Daerah adalah mendorong daerah agar mulai melaksanakan TAPD, termasuk melakukan verifikasi atas rencana aksi yang sudah disepakati oleh UKP4 dan daerah